The Bodyguard (Part 2)

 

Author : Cho Haneul
Title      : The Bodyguard
Type     : Chaptered
Genre   : Drama, Romance

Cast :
– Cho Kyuhyun
– Park Jiyeon
– Kim Ah Young (Girl’s Day Yura)

_________________________________

_@VIP Café, 10:02 PM, SEOUL_

Park Jinho menyesap wine buatan Itali yang ada di gelasnya. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah diumurnya yang hampir menginjak kepala lima itu kemudian menatap lawan bicaranya. “Apa kau setuju jika gadis itu yang akan memimpin perusahaan?” Jinho bertanya.

Pria paruh baya lainnya yang bernama Kang Hyesung itu tertawa kecil. “Aku sudah gila jika setuju dengan rencana gila ayahmu itu. Bayangkan apa jadinya SJ group yang selama ini Berjaya jika dipegang oleh tangan amatir seseorang yang bahkan tak jelas asal usulnya. Kurasa Park sajangnim terlalu gegabah dalam mengambil tindakan.” Ujar Hyesung.

Jinho tersenyum puas mendengar jawaban itu. Itulah yang sedari tadi dicarinya. Sekutu untuk melawan dan menggagalkan rencana sang ayah. “Karena kita sependapat, kurasa ada baiknya jika kita bekerja sama.” Jinho menuangkan wine kedalam gelasnya dan gelas Hyesung. Ia lalu mengangkat gelasnya tinggi. “Tertarik untuk bergabung?”

Kang Hyesung mengambil gelasnya dan mengadunya pelan dengan gelas Jinho hingga menciptakan bunyi dentingan yang halus. “Tentu saja partner.” Hyesung menyesap winenya sambil tersenyum, dan tanpa Jinho sadari senyuman bersahabat itu perlahan berubah menjadi senyuman licik yang sarat makna. Dalam hati Hyesung tertawa puas. Puas karena berhasil memperdaya sepupunya itu.

 

 *****

 

_@La Lumina Restaurant, 12:05 PM, SEOUL_

Jiyeon mengunyah daging yang dimulutnya dengan pelan. Rasa steik yang lezat menjadi tak menggiurkan karena suasana canggung yang begitu terasa. Jiyeon melirik kearah pria tua yang beberapa hari lalu memperkenalkan diri sebagai Park Jinyoung, kakek kandungnya. Gila? Yah, Jiyeon menganggap itu sungguh gila kala pertama kali mendengarnya. Mana mungkin ia masih memiliki seorang kakek, apalagi seorang Park Jinyoung yang notabennya adalah pengusaha paling terkenal di Korea dan termasuk dalam jajaran orang terkaya di Korea Selatan. Ini gila!

Tapi mendadak gadis itu bungkam begitu Park Jinyoung menunjukkan foto-foto dirinya saat masih kecil. Foto-foto yang Jiyeon sendiri tidak ingat jika ia pernah berpose dan berada ditempat-tempat yang ada di foto-foto tersebut. Seketika Jiyeon merasa asing. Bocah cilik cantik yang ada difoto itu memang mirip dengan dirinya, namun baju-baju mewah yang dikenakannya jelas bukan milik Jiyeon. Keluarganya mana mampu membeli baju-baju mewah seperti itu. Ibu dan ayahnya bahkan harus menjual ternak mereka demi biaya sekolahnya yang mahal.

Akan tetapi Park Jinyoung kembali mengejutkannya dengan fakta bahwa dirinya pernah menjadi korban penculikan saat kecil sehingga ia harus terpisah dari keluarga kandungnya. Sungguh, Jiyeon benar-benar terguncang dengan fakta itu. Apalagi ditambah dengan pengakuan jujur kedua orangtuanya jika Jiyeon memang bukan anak kandung mereka. Orang tua angkatnya membeli Jiyeon dari seorang wanita muda. Sempat ada rasa curiga dibenak kedua orang tua angkatnya itu jika Jiyeon kemungkinan anak yang diculik, namun keinginan yang sangat untuk memiliki seorang buah hati membutakan mata dan telinga mereka. Mereka membeli bocah cilik itu, memberinya nama Park Jiyeon, kemudian membawanya tinggal di Jeolla do.

Dan sekarang, disinilah Jiyeon berada. Di Seoul. Park Jinyoung meminta Jiyeon untuk ikut dengannya. Orang tua Jiyeon pun tidak bisa menolak permintaan itu karena mereka sadar bahwa Park Jinyoung memang berhak atas Jiyeon.

“Yura-ya…” Panggil tuan Park lembut.

Jiyeon menoleh. Ia merasa begitu asing dengan semuanya, apalagi dengan nama itu, Park Yura. Gadis itu menunduk. “Bisakah anda ah, maksudku haraboji memanggilku Jiyeon saja? Aku merasa sangat asing dengan nama Yura. Sejak kecil aku sudah dipanggil Jiyeon.” Pinta Jiyeon hati-hati, takut jika permintaannya itu justru membuat sang kakek tersinggung.

Tuan Park menghela napas pelan. “Park Yura. Itu adalah nama yang diberikan oleh almarhum kedua orangtuamu. Tapi ya sudahlah jika kau lebih memilih untuk kupanggil Jiyeon. Nama itu juga bagus.” Tuan Park tersenyum kecil, berusaha untuk menutupi rasa kecewanya. Jiyeon jadi merasa tak enak hati.

“Jiyeon, aku tahu pasti ada banyak hal yang ingin kau tanyakan kepadaku, bukan begitu?”

Jiyeon mengangguk pelan. Yah, ada sangat banyak pertanyaan yang sudah mengantri untuk dikeluarkan dari kepalanya. “Kakek bilang jika aku diculik. Kapan kejadian itu terjadi? Apakah sebelum atau sesudah kematian kedua orangtuaku?”

“Kejadian terjadi disaat kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuamu. Aku mendapat kabar bahwa kau dan kedua orangtuamu mengalami kecelakaan mobil saat di perjalanan pulang dari Gwangju. Aku langsung ke rumah sakit. Sayangnya nyawa kedua orangtuamu tidak dapat diselamatkan. Dokter bilang mereka meninggal di tempat. Dan saat itu kau hilang. Kami tidak menemukanmu di lokasi kecelakaan. Padahal kau seharusnya ada disana, bersama kedua orangtuamu. Dari situ aku berasumsi jika kau di culik. Tapi anehnya si penculik itu tidak menghubungiku untuk meminta tebusan. Aku benar-benar kehilangan jejakmu. Bertahun-tahun aku mencarimu. Seluruh Korea bahkan sudah kujelajahi hanya untuk menemukanmu dan menebus kesalahanku pada ayahmu. Aku akan merasa berdosa jika tidak bisa menemukanmu dan merawatmu dengan baik.”

Jiyeon terdiam mendengar perkataan sang kakek. Ia merasa sedih karena ia sama sekali tidak mengingat kejadian yang menimpa orangtuanya ataupun sedikit kenangan bersama mereka. Wajah kedua orangtuanya pun Jiyeon lihat saat sang kakek menunjukkan foto dirinya yang sedang bersama kedua orangtuanya.

“Lalu… kenapa kakek bilang jika nyawaku terancam? Aku tidak mengerti. Memang kesalahan apa yang pernah ku perbuat?”

“Kau tidak pernah berbuat kesalahan, sayang. Tapi akulah yang salah. Aku berniat untuk menjadikanmu sebagai pewarisku dan pemegang saham terbesar di perusahaan yang selama ini aku jalankan. Kau akan resmi menjadi pewarisku saat usiamu menginjak 21 tahun.”

Jiyeon tersentak kaget. Nyaris saja ia tersedak air liurnya sendiri. “Kakek ingin menjadikanku pewaris? Apa kakek tidak salah? Aku tidak bisa melakukan itu! Aku bahkan tidak mengerti tentang seluk beluk perusahaan. Aku… aku tidak bisa…” Ucap Jiyeon lirih disertai dengan wajah sendunya. Park Jinyoung menggeleng. “Kau pasti bisa, Jiyeon-ah. Hanya kau satu-satunya yang bisa kuharapkan untuk menjadi penerusku. Kau tidak perlu takut. Kyuhyun akan mengajarkan dan mengenalkanmu mengenai seluk beluk perusahaan. Ia juga akan mendampingimu saat kau menjalankan perusahaan. Karena alasan itulah aku menyembunyikanmu. Sebelum umurmu mencapai 21 tahun, pasti akan ada banyak oknum yang ingin mencelakaimu demi menggagalkan kau sebagai seorang penerus. Dan aku tidak ingin melihatmu terluka, apalagi jika harus kembali kehilanganmu. Saat ini, kaulah hartaku yang paling berharga.”

Melihat wajah sang kakek yang begitu tampak putus asa membuat Jiyeon jadi tidak tega untuk kembali membantah. Gadis itu akhirnya mengalah. Ia memilih diam.  Tiba-tiba ia jadi teringat pada Kyuhyun. “Jadi Kyuhyun bukan hanya bodyguard, tapi dia juga bertugas sebagai tutorku?” Jiyeon bertanya sembari menatap sang kakek. Park Jinyoung mengangguk. “Ne. Kyuhyun adalah orang kepercayaanku sekaligus cucu angkatku. Dia selama ini ikut membantuku dalam mengurus perusahaan. Aku mengangkatnya demi dirimu.”

Jiyeon mengernyit bingung. “Demi diriku? Maksud kakek?”

“Sejak kecil Kyuhyun sudah kudidik dengan keras agar kelak dia bisa melindungi dan mendampingimu. Karena aku tahu bahwa suatu saat kau pasti akan ditemukan dan akan menjadi ahli warisku.”

“Lalu, apa aku harus terus bersembunyi sampai usiaku menginjak 21 tahun? Itu masih beberapa bulan lagi.”

“Ya, mau tidak mau kau harus bersabar. Hanya dengan begitu aku bisa menjauhkanmu dari bahaya.”

Jiyeon mengeluh dalam hati. Gadis itu tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya kembali dengan sang kakek justru akan mendatangkan petaka bagi dirinya sendiri. Jika begini ia lebih memilih untuk hidup sederhana bersama ayah dan ibu angkatnya di Jeolla do. Setidaknya disana ia tidak harus selalu merasa was-was jikalau ada yang mengincar nyawanya. Jiyeon tidak pernah menyangka jika ternyata menjadi orang kaya akan sangat merepotkan.

 

 

*****

 

_@Sungkyuwan Hospital, 12:12 PM, SEOUL_

Ah Young mengernyit menahan sakit yang mendera kepalanya. Langit-langit berwarna putih bersih adalah hal pertama yang dilihat oleh gadis itu kala membuka mata. Ah Young termenung sejenak, berusaha mengingat-ingat kejadian terakhir yang menimpa dirinya.

‘Aku mengalami kecelakaan!’ Batin gadis itu. Ah Young bisa menebak jika ia sedang berada didalam kamar rawat sebuah rumah sakit. Siapa yang menolongnya? Apakah si penabrak itu? Ah Young menebak-nebak. Gadis itu jadi teringat akan penyebab ia tertabrak dan seketika ekspresinya berubah muram saat mengingat bahwa ia tidak punya apa-apa lagi sekarang. Tas yang berisi semua barang berharganya sudah raib dicuri orang. Setelah ini ia harus bagaimana? Ah Young terus berkutat dengan pikirannya hingga seorang perawat masuk kedalam kamar rawatnya.

“Ah, nona sudah sadar. Selamat siang nona.”

Ah Young tersenyum kikuk. “Selamat siang…” Balasnya dengan suara yang masih lemah.

Perawat itu menekan tombol yang ada dikepala ranjang sehingga posisi Ah Young menjadi setengah berbaring. Gadis itu dapat memandang kamar rawatnya dengan lebih leluasa sekarang. Kamar rumah sakitnya tampak mewah seperti kamar hotel. Yang membedakan hanyalah ranjang serta adanya peralatan rumah sakit didekat tempat tidurnya. Perawat tersebut memeriksa infus Ah Young dan menuliskan sesuatu dipapan catatannya. Ah Young hanya diam mengamati.

“Boleh saya tahu siapa nama anda? Karena saat anda dibawa kesini kami tidak bisa menemukan identitas anda sehingga kami tidak bisa menghubungi keluarga anda.” Ujar sang suster tersebut. Ah Young diam. Dalam hati ia merasa bersyukur karena identitasnya hilang. Karena jika tidak, sudah dapat dipastikan ia akan terbangun di rumahnya yang sederhana dan kelam itu, bukannya di kamar rumah sakit yang serba mewah ini. Memikirkan rumah sakit yang mewah sontak membuat gadis itu tersentak. Ia menyadari sesuatu. Bagaimana ia bisa membayar biaya perawatan jika ia tidak memiliki uang sepeser pun? Apa yang harus dilakukannya?

“Nona? Boleh kutahu siapa nama anda dan alamat anda?” Perawat itu kembali bertanya kala tak mendapat respon dari Ah Young.

Ah Young menatap sang perawat dengan raut panik. “A….aku… aku tidak ingat namaku…”

 

 *****

 

“Hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya kerusakan yang parah diotaknya. Ia hanya mengalami geger otak ringan. Namun sepertinya benturan yang dialami oleh gadis itu cukup keras sehingga menyebabkan amnesia. Tapi masih perlu pemeriksaan yang lebih lanjut untuk mengetahui jenis amnesia yang dialaminya. Bisa jadi ini hanya bersifat sementara.”

Kyuhyun menyimak penjelasan dokter dalam diam. Pria itu menatap kearah gadis yang semalam secara tak sengaja ditabraknya. Gadis yang tidak dikenalnya itu tengah menatap kosong kearah jendela. Sejak tadi belum ada sepatah katapun yang Kyuhyun ucapkan padanya. Bahkan tidak permintaan maaf karena sudah tanpa sengaja menabrak gadis itu hingga membuat lengannya patah dan sempat membuatnya dalam kondisi kritis. Gadis itu menoleh kearah Kyuhyun dan tampak kaget begitu bertatap muka dengan pria itu.

“Sebaiknya kau temani dia. Dia pasti kebingungan sekarang. Kau bisa menjelaskan padanya apa yang terakhir kali terjadi. Mungkin itu bisa membantu merangsang ingatannya.” Saran dokter yang bernama Gu Jun Nam itu. Setelah dokter itu undur diri, Kyuhyun berjalan mendekati gadis itu. Ia duduk di kursi yang ada disamping ranjang pasien. Matanya menatap intens kearah gadis yang ada dihadapannya, membuat Ah Young merasa tak nyaman, namun gadis itu tetap memilih bungkam dan mengalihkan pandangannya.

“Kau benar-benar tidak ingat siapa dirimu? Atau setidaknya kejadian terakhir yang kau ingat?” Suara lembut namun terkesan dingin itu menyapa indera pendengaran Ah Young. Gadis itu menoleh kearah Kyuhyun dan kemudian menggelengkan kepalanya. “Aku tidak ingat.” Jawabnya pendek.

Kyuhyun masih menatapnya. “Baiklah kalau begitu, aku akan membantumu untuk mengingatnya.” Ucap Kyuhyun yang seketika membuat Ah Young mengernyit heran atas maksud dari ucapan Kyuhyun. Bagaimana cara pria itu akan membantu ingatannya jika Ah Young saja tidak merasa pernah mengenal Kyuhyun. Apa rencana pria ini?

“Namaku Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Aku adalah kaki tangan sekaligus bodyguard yang dipekerjakan kakek anda untuk melindungi diri anda. Dan namamu adalah Park Yura.”

‘Mwo? Apa-apaan ini?! Apa maksud pria ini?!’

 

 *****

 

Park Jinyoung menatap anak-anak serta cucu-cucunya satu persatu dengan senyum sumringah. “Selain makan malam bersama, aku juga punya pengumuman untuk kalian semua.” Ucapnya yang seketika membuat perhatian anak, menantu serta cucu-cucunya terfokus pada dirinya. “Kalian pasti sudah mendengar jika Yura sudah ditemukan, bukan? Sesuai dengan permintaan kalian, aku akan segera melakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa dia memang Yura yang selama belasan tahun ini aku cari. Dan jika dia sudah terbukti sebagai Yura, maka dia akan tinggal disini. Kuharap kalian bisa menerima keputusanku ini.” Pandangan mata Jinyoung terfokus kepada Jinho dan Hyesun. Dua anaknya yang begitu tegas menolak kehadiran Yura.

“Dimana Yura sekarang? Kenapa kami belum bisa bertemu dengannya?” Siwon menatap sang kakek bingung.

“Aku sengaja masih menyembunyikan dia selama tes DNA belum dilakukan. Lagipula Yura masih merasa sangat canggung dengan fakta bahwa dia adalah cucuku yang sudah lama menghilang. Dia masih butuh waktu untuk terbiasa dengan situasi ini. Tapi secepatnya, setelah tes DNA keluar, aku akan mempertemukan kalian dengan Yura.” Jelas Park Jinyoung. Pria itu bisa melihat bahwa ekspresi Jinho dan Hyesun langsung berubah muram. Begitupun dengan Yunho. Cucu angkat yang selama ini tak terlalu dianggapnya itu. Tapi Jinyoung tidak peduli. Keputusannya sudah bulat untuk menjadikan Jiyeon atau Yura sebagai pemegang saham terbesar SJ group, karena saat ini hanya gadis itu yang menjadi harapannya.

 

 *****

 

Hari sudah larut malam, namun mata Ah Young belum bisa terpejam meski rasa kantuk sudah menguasainya. Sedari tadi jantung gadis itu berdegub dengan kencang. Tepatnya semenjak pria yang bernama Cho Kyuhyun itu mengatakan bahwa dirinya adalah Park Yura, cucu seorang pengusaha terkenal seantreo Korea Selatan yang selama belasan tahun hilang. Ini sungguh sulit untuk diterima Ah Young. Jelas-jelas ia adalah Kim Ah Young, seorang gadis desa biasa yang baru menginjak umur 21 tahun. Dan Ah Young ingat jelas masa kecilnya yang dihabiskannya di Ulsan. Niatan Ah Young untuk berpura-pura amnesia nyatanya malah menyulitkan gadis itu. Ah Young jadi menyesali perbuatan konyolnya itu.

Tadinya Ah Young berpikir jika dengan berpura-pura amnesia maka orang yang menabraknya akan bertanggung jawab dengan membawa Ah Young untuk tinggal di rumahnya. Yah, seperti yang biasa Ah Young tonton didrama-drama Korea. Dimana gadis yang amnesia kemudian akan tinggal di rumah orang yang menabraknya sebagai bentuk tanggung jawab dari orang tersebut. Apalagi setelah Ah Young tahu bahwa yang menabraknya adalah Kyuhyun, lelaki tampan yang sempat ditemuinya di restoran. Gadis itu sudah mengkhayal jika Kyuhyun akan memboyongnya tinggal di rumah namja itu. Dengan begitu Ah Young tidak perlu pusing untuk memikirkan dimana ia akan tinggal dan bagaimana ia akan memperoleh uang. Namun kini semua itu pupus seiring dengan kebohongan yang Kyuhyun lakukan padanya. Ah Young masih tidak mengerti dengan niat namja itu. Apa yang Kyuhyun inginkan darinya? Apa pria itu berniat jahat?

 

 *****

 

Kyuhyun benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Pagi-pagi ia sudah berada di apartemen yang ditinggali oleh Jiyeon untuk mengantar yeoja itu ke kampus. Yah, hari ini adalah hari pertama Jiyeon masuk ke kampus. Ia terpaksa ikut tahun ajaran baru karena sang kakek memaksanya untuk masuk ke jurusan bisnis dan meninggalkan jurusan sastra Perancis yang selama hampir dua tahun ini ia geluti. Jiyeon melirik kearah Kyuhyun sekilas. “Maaf merepotkan.” Gadis itu membuka suara.

“Ini sudah menjadi tugasku.” Ucap Kyuhyun singkat. Pria itu menghentikan laju mobil didepan lampu lalu lintas yang sedang menampakkan warna merah. Beberapa pejalan kaki terlihat hilir mudik didepan mobil. Sejenak Kyuhyun dan Jiyeon mengamati kesibukan para pejalan kaki tersebut, sebelum Kyuhyun kembali membuka suara. “Di kampus nanti kau harus menjaga identitasmu. Jangan terlalu akrab dan percaya dengan orang lain, apalagi sampai memberi tahukan identitasmu yang sebenarnya sebagai cucu tuan Park.”

Jiyeon menatap Kyuhyun. Wajahnya terlihat murung. Gadis itu memang tidak pernah bisa menutupi perasaannya. “Apa aku memang tidak bisa mempercayai siapapun selain kau dan kakek? Apa mereka sebegitu jahatnya?” Suara Jiyeon terdengar sedih.

“Percayalah, saat ini kehancuranmu adalah hal yang paling dinantikan oleh orang-orang itu. Mereka memang terlihat baik di luar, tapi diwaktu yang sama otak mereka sedang memikirkan banyak cara untuk mengenyahkanmu dari sini. Kehadiranmu adalah petaka bagi mereka.”

“Apa selama ini kakek hidup dengan dikelilingi oleh orang-orang jahat itu? Kakek sudah tahu bagaimana mereka, keunde mengapa kakek masih mau bekerja sama dengan mereka. Aku tidak mengerti!”

“Hubungan simbiosis mutualisme. Tuan Park butuh uang mereka untuk kelangsungan perusahaan. Sekarang kau memang masih belum mengerti, namun seiring waktu berjalan kau pasti akan mengerti semuanya.” Kyuhyun berkata dan kemudian kembali melajutan mobil menyusuri jalanan Seoul yang pagi itu tidak terlalu padat.

 

 *****

 

_@Sungkyuwan Hospital, 02:11 PM, SEOUL_

“Tes DNA?” Wajah Ah Young agak memucat. Ia sering mendengar kata-kata tes DNA dari drama-drama yang pernah ditontonnya. Tapi sumpah, bermimpi pun ia tak pernah jika suatu saat akan melakukan tes DNA. Jika tes DNA dilakukan, maka akan langsung ketahuan jika ia bukan cucu dari pria yang bernama Park Jinyoung itu. Apa setelah itu ia akan dibuang?

Padahal Ah Young sudah memutuskan untuk meneruskan aktingnya sebagai yeoja yang hilang ingatan dan mengikuti permainan Kyuhyun untuk menjadi Yura, gadis yang bahkan tidak ia kenal. Namun sekarang sepertinya gadis itu harus mencari rencana lain untuk menyambung hidup, sebab begitu tes DNA dilakukan dan hasilnya menunjukkan negatif, maka ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada kemewahan yang tengah dinikmatinya.

Perawat yang bertugas untuk membawanya ke ruang tes tersenyum sopan. “Mari saya bantu anda untuk pergi kesana.” Perawat yang bernama Dasom itu dengan lembut dan telaten membantu Ah Young untuk duduk di kursi roda dikarenakan kondisi Ah Young yang masih lemah dan tentunya belum dapat berjalan dengan baik.

Ah Young melihat Kyuhyun sudah menunggunya didepan ruang tes. Pria itu membungkuk sopan. “Maaf harus mengganggu istirahat anda, tapi tes ini harus dilakukan untuk memperkuat bukti jika anda memang cucu tuan Park.” Ucap Kyuhyun. Ah Young hanya mengangguk pasrah.

Tes dilakukan dengan hanya mengambil sampel darah Ah Young. Pencocokan DNA pun dilakukan dibawah pengawasan Kyuhyun. Setelah memakan waktu selama empat jam, akhirnya dokter masuk kedalam kamar rawat Ah Young. Kyuhyun sudah lebih dahulu disana. Ditangan dokter muda itu terdapat sebuah amplop berukuran besar dengan logo rumah sakit tercetak disudut kanan atas. Jantung Ah Young berdegub kencang. Ia sudah siap jika harus kembali terlantar dijalanan.

“Ja, hasilnya sudah keluar. Amplop ini masih disegel.” Si dokter menunjukkan amplop tersebut kepada Ah Young dan Kyuhyun. Dengan perlahan si dokter membuka amplop tersebut dan mengeluarkan surat hasil pemeriksaan. “Saya akan langsung membacakan hasilnya.  Setelah melewati pemeriksaan yang panjang hasil tes menyatakan jika nona Park Yura adalah anak kandung dari Tuan Park Yongjae dengan hasil kemiripan 99.99%.”

Jantung Ah Young mencelos. Gadis itu menatap Kyuhyun yang juga tengah menatapnya. Ada banyak sekali pertanyaan yang berseliweran dikepalanya. Tapi pertanyaan terbesarnya adalah…

Bagaimana bisa cocok?!

 

 

-To Be Continued-